Bulan satu
Semua tampak baru
Tempat dan teman baru
Mencoba melihat satu persatu
Bulan dua
Tak lupa ada mimpi baru
Disertai muncul rasa ingin tau
Mencoba meneliti satu persatu
Bulan tiga
Kumulai mereka-reka harapku
Yang ku punya teori-teori baku
Mencari hikmat dalam kaku
Bulan empat
Menikmati semua kebiasaanku
Setitik cahaya terlihat olehku
Ku tenggelam dalam buku
Tak perduli sekitarku
Bulan lima
Melahap setiap tingkatanku
dimana cahaya berubah seterang lampu
seolah gelap takut padaku
seringai angkuh melagu
Bulan enam
Pongahku menjatuhkanku
Sia-sia usaha-usaha masalalu
ku abaikan kerikil-kerikil batu
Yang akhirnya menertawaiku
Bulan tujuh
Begitu rapuh aku
Terkoyak layu
Tanpa berani beradu
Meski nurani berseru-seru
Masih ada kesempatanku
Bulan delapan
Status gagal menbiusku
Piala mungkin bukan bagianku
Kemenangan bukan milikku
Kubiarkan semua sebatas anganku
Bulan sembilan
Tersisa kini hanya angin lalu
Membawa puing air mata beku
maka maafkan aku yang tak mampu
wajar kupilih menamatkan usiaku
Semua tampak baru
Tempat dan teman baru
Mencoba melihat satu persatu
Bulan dua
Tak lupa ada mimpi baru
Disertai muncul rasa ingin tau
Mencoba meneliti satu persatu
Bulan tiga
Kumulai mereka-reka harapku
Yang ku punya teori-teori baku
Mencari hikmat dalam kaku
Bulan empat
Menikmati semua kebiasaanku
Setitik cahaya terlihat olehku
Ku tenggelam dalam buku
Tak perduli sekitarku
Bulan lima
Melahap setiap tingkatanku
dimana cahaya berubah seterang lampu
seolah gelap takut padaku
seringai angkuh melagu
Bulan enam
Pongahku menjatuhkanku
Sia-sia usaha-usaha masalalu
ku abaikan kerikil-kerikil batu
Yang akhirnya menertawaiku
Bulan tujuh
Begitu rapuh aku
Terkoyak layu
Tanpa berani beradu
Meski nurani berseru-seru
Masih ada kesempatanku
Bulan delapan
Status gagal menbiusku
Piala mungkin bukan bagianku
Kemenangan bukan milikku
Kubiarkan semua sebatas anganku
Bulan sembilan
Tersisa kini hanya angin lalu
Membawa puing air mata beku
maka maafkan aku yang tak mampu
wajar kupilih menamatkan usiaku
Komentar
Posting Komentar