Another journey saya adalah ketika saya memutuskan memulai menekuni make up. Masih teringat di benak saya, pada suatu pagi, saat saudara sepupu saya akan menikah, Bibi atau Tante saya sudah memesankan kami salon tetangga. Pertama emak saya yang di dandani, Dan begitu lihat hasilnya saya kurang puas. Akhirnya saya Dan adik langsung berinisiatif mencari salon lain. Kami menempuh jarak hingga 10km Demi mencari salon yang siap me make up kami. Tapi 5 salon yang sudah buka jam 8 pagi itu Ada yang beralasan make up artist nya belum datang, ga bisa Karena make up in acara nikahan, alat make up tidak Ada. Akhirnya kami menemukan salon yang bisa make up kami yang lumayan kelihatannya. Dan bisa di tebak tempat itu ramai Dan kami antri. Jam 11 baru saya selesai di dandani. Hasilnya bagus, saya suka complexion nya. Saya iseng Tanya mereka Belajar dari Mana Dan akhirnya saya tahu beauty guru mereka yang memang celebrity make up artist di tebet.
Dari kejadian pagi itu, saya jadi menarik pelajaran bahwa setiap orang but make up, bukan hanya saat kondangan tapi juga moment biasa. Kedua saya belajar bahwa orang-orang yang bisa make up bukan berarti mereka available, selanjutnya saya jadi relate ke masa di Mana bahwa saya punya basic tentang make up. Maka saya memutuskan untuk memulai mendalami soal make up.
Saya mulai dari Belajar self make up salah Satu brand di mall area komdak. Dari situ saya Belajar tehnik yang sedang trend (contour). Saya baru menyadari make up sedang Naik daun. Dari situlah saya memulai circle pertemanan saya, orang-orang yang suka make up (beauty enthusias). Saya di beri banyak info products cosmetic, tehnik, make up tools, mulai tau beauty vlogger, Dan lain sebagai nya. Yang perlahan namun pasti menambah gairah saya. Seperti saya katakan sebelum nya bahwa make up adalah healing therapy saya, bukan Karena sekedar ikut trend.
*Bersambung
Komentar
Posting Komentar